*When a Gay met a Young Mom (in love again)* by Lovelyn
3 posters
Page 1 of 1
*When a Gay met a Young Mom (in love again)* by Lovelyn
Holaaaaa para penghuni CM Ayo ayo pada ngumpul dimari yg ngaku pens berat FF mami Lov gak afdhol klo gak baca si bengkok tul gakk???
Yuhuuuu
Yuhuuuu
Tittle : When a Gay Met a Young Mom
Genre : Romance
Author: Lovelyn
Genre : Romance
Author: Lovelyn
SONG OF THE STORY
IN LOVE AGAIN BY JANICE WEI
Lyrics : When you smile
My life becomes a ray of light
Sing me a lullaby to sleep at midnight
I’ll be hypnotized
When looked into your eyes
Turn off the room light
Let’s spend the night
*Take me to far away
Away to your secret place
Take my tears my fears
Take all my pain for which
I’ll repay Someday with a kiss and say
Can’t believe that I’m in love
In love again *
When the stars don’t shine
And when the birds don’t fly
And when the flowers cry
And when the rain runs dry
When the violet’s red
And when the rose turn blue
Baby I’ll still be in love with you
Repeat **
KARAKTER UTAMA :
KARAKTER PENDUKUNG :
CATATAN :
cerita ini hanya cerita fiksi, jika ada persamaan cerita, nama (kalau ini memang disengaja hmff hmff ) dan tempat, hanya kebetulan saja
SINOPSIS
"Jangan memaksaku untuk menceritakan peristiwa itu kepadamu!!", kata So Eun. Dia berusaha menghindar dari pertanyaan Min Ho yang bertubi-tubi.
Min Ho tidak menyerah begitu saja. Sepasang matanya yang terhias eyeliner menatap tajam ke So Eun.
"Cuma kamu yang mengetahui semuanya ... saya ingin mengetahuinya, jadi ceritakan itu padaku .. "
"Tidakkk!! .. jangan memaksaku .. Hye Sun akan membunuhku jika aku sampai membongkar semua masa lalunya .. ", So Eun berkeras dengan sikapnya semula. Kepalanya mengeleng keras.
"Sebagai sahabat baiknya, kamu tidak mau melihat dia dituduh melakukan perbuatan tidak senonoh oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab itu, kan?", tanya Min Ho. Dia berusaha menekan perasaannya yang menggebu.
So Eun menghentikan gelengannya. Tatapannya terarah lurus ke mata Min Ho.
"Saya berjanji tidak akan mengatakan kepada Hye Sun kalau kamu yang menceritakannya kepadaku ... ", lanjut Min Ho lagi.
*********
Karena kesalahan dari pihak agen yang menangani penjualan rumah dan pemilik rumah yang bersangkutan, Min Ho dan Hye Sun menandatangani kontrak jual beli yang sama pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga menyebabkan mereka harus tinggal bersama di rumah yang telah dibeli oleh mereka.
Dua orang yang tidak saling mengenal dan mempunyai sifat yang sangat bertolakbelakang itu akhirnya terpaksa terkurung dalam lingkungan yang benar-benar asing bagi mereka. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? tunggu saja chapter perdananya ....
**********
Vayza- Posts : 10
Join date : 2013-06-15
Re: *When a Gay met a Young Mom (in love again)* by Lovelyn
Betul mi,,,hoho,,,bca si bengkok lagi,,,,
lanjouuuut mi,,,,
lanjouuuut mi,,,,
lee minsun4ever- Posts : 5
Join date : 2013-06-26
Age : 34
*When a Gay met a Young Mom (in love again)* Chapter 1 by Lovelyn
*When a Gay met a Young Mom (in love again)*
Chapter 1
Chapter 1
SCENE ONE .....
Mr. Moon, sales dari 'Clear Property Co, ltd.', memandangi pelangan pertamanya hari itu dengan seksama. Dia seorang wanita muda berkulit putih mulus, berambut sebahu dengan tinggi sekitar 163 cm.
Goo Hye Sun, wanita muda tersebut, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Dia berjalan ke lorong, dimana dua kamar tidur, sebuah kamar mandi dan dapur berada. Dimasukinya ruangan itu satu persatu dan mengamati keadaan di sana dengan sangat teliti. Tidak jauh darinya tampak seorang anak kecil berusia sekitar 3 tahun berlari kesana kemari dengan suara berisik dan wajah gembira.
Ketika sudah berada di ruang tamu, Hyesun meraih tangan anak kecil itu sehingga menghentikan kegaduhannya yang memekakkan telinga. Dia berjongkok menghadapi anak cowok bermata bening dan bulat itu dengan senyum tersungging di bibir.
"San-ah ... katakan pada omma, bagaimana menurutmu tempat ini? apakah kamu menyukainya? maukah kamu tinggal di sini?".
Kang San memandangi ommanya dengan sinar mata polos yang mengemaskan. Sepasang mata bundarnya berputar di sekitar wajah Hyesun.
"San sangat menyukainya .... San ingin tinggal di sini ..", jawabnya dengan suara khas anak kecil yang nyaring.
Mendengar itu, Mr. Moon langsung tersenyum tipis. "Transaksi ini pasti berhasil .. ", soraknya dalam hati.
Hyesun mengangguk, kemudian dia berdiri menghadapi Mr. Moon.
"Tuan Moon, apakah harga yang diajukan itu tidak bisa dikurangi lagi?"
Mr. Moon mengeleng perlahan. Kemudian dia berkata ..
"Agashi, harga ini sudah termasuk murah ... anda lihat sendiri rumah ini masih baru, peralatannya juga lengkap .. agashi tidak perlu bersusah payah mendekorasi lagi, rumah ini sudah bisa ditempati kapan saja ... lagipula tempat ini sangat tenang, sangat cocok bagi perkembangan putra anda, di dekat sini juga ada taman kanak-kanak yang bagus dan bersarana lengkap ... selain itu, yang terpenting, tempat ini letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota ... saya berani menjamin, agashi tidak akan mendapatkan tempat sesempurna ini di tempat lain ... "
Hyesun termenung mendengar penjelasan Mr. Moon. "Apa yang dikatakan orang ini ada benarnya ... ", batinnya dalam hati. Sesungguhnya Hyesun tahu kalau harga yang diajukan itu seimbang dengan fasilitas yang diperoleh dari tempat ini. Dia menawar bukan karena dia tidak rela mengeluarkan biaya sebesar itu. Sama sekali bukan. Dia menawar karena dia harus berhemat. Hidup berdua dengan Kang San di dunia ini menyebabkan beban yang dipikulnya sangat berat. Semua pengeluaran harus diperhitungkannya dengan matang.
Hyesun menahan nafasnya beberapa saat, kemudian menghembuskannya perlahan. Lembut dan halus. Bibirnya agak ditarik keatas sehingga memperlihatkan sepasang lesung pipi yang dalam.
"Pikirkanlah baik-baik, agashi .... jika kami sudah memasang rumah ini ke daftar rumah yang dijual pasti akan menjadi rebutan dari orang-orang yang membutuhkan tempat tinggal impian, .... rumah ini baru kemarin dilepas oleh pemiliknya dan kalau bukan karena alasan yang sangat mendesak nyonya Yoon tidak akan menjualnya ... jika agashi tidak mengambil keputusan secepatnya, saya yakin agashi akan menyesal ... ", lanjut Mr. Moon lagi.
Hyesun masih tidak bereaksi di tempatnya. Sepasang matanya menatap semu ke depan. Tiba-tiba sebuah tangan mungil terjulur, menarik ujung bajunya berulangkali. Hyesun tersentak. Kepalanya menunduk ke bawah dan didapatinya Kang San sedang menatapnya dengan sepasang mata bening yang memancarkan kebahagiaan.
"San suka tempat ini ... "
Hyesun terpana. Mata dan suara Kang San mengambarkan semua keinginannya. Keinginan dari seorang anak kecil berusia 3 tahun yang tidak bisa diganggugugat. Ini pertama kalinya Kang San memperlihatkan kesukaannya terhadap rumah yang akan mereka tinggali. Biasanya dia tidak peduli.
Hyesun menghembuskan nafasnya lagi. Cukup sudah pengembaraannya selama ini. Demi perkembangan Kang San, dia harus berhenti dan menetap di tempat tetap. Tempat yang benar-benar cocok buat pertumbuhan Kang San. Dua tahun lamanya mereka selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga menyebabkan Kang San tidak pernah tertarik lagi dengan lingkungan baru di sekitarnya.
Tapi hari ini sangat lain. Kang San sangat antusias dengan tempat ini. Semua ini menyadarkan Hyesun kalau Kang San sungguh menyukai tempat ini.
"Jika agashi sudah mengambil keputusan untuk membeli rumah ini, kita bisa menandatangani surat kontrak jual belinya sekarang juga ... dengan begitu rumah ini akan langsung menjadi milik agashi .... surat kontraknya sudah saya bawa .... hmm ... bagaimana agashi?", Mr. Moon tetap memperlihatkan semangatnya yang besar dalam mempromosikan rumah itu ke Hyesun.
Dua menit lamanya, Hyesun bertaut dalam pikiran yang ruwet. Setelah itu dia berjongkok menghadapi Kang San yang sedang bermain dengan mobil-mobilan yang dibelikannya seminggu yang lalu.
"San-ah ..... "
Kang San mengangkat wajah kearah Hyesun. Sepasang mata bening itu begitu hidup, memandangi ommanya yang sedang kebinggungan.
"Apakah San benar-benar menyukai tempat ini?", tanya Hyesun lembut.
Kang San mengangguk cepat. Diangkatnya sepasang tangan mungilnya yang memegang mainan.
"Disini San bisa bermain sepuasnya ... ", jawab Kang San. Senyum manis yang sangat mirip Hyesun tersungging di wajahnya.
Hyesun mengangguk perlahan. Kemudian dia berdiri dan berbalik kearah Mr. Moon.
"Saya akan membeli rumah ini ... "
Mr. Moon tersenyum gembira. Jika saja dia tidak ingat posisinya di situ, dia mungkin sudah melonjak kegirangan. Tergesa dia mengeledah tas dari kulit yang sedari tadi berada dalam rangkulannya. Beberapa saat kemudian dia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dijadikan satu dalam sebuah map.
Dijulurkannya surat kontrak itu ke Hyesun. Wajahnya terus berseri sepanjang kegiatannya tersebut. Hyesun meraih map yang disodorkan Mr. Moon. Mereka kemudian duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar di ruang tamu itu. Penandatanganan kontrak jual beli itu dilakukan dalam sekejap. Hyesun memandangi surat kontrak di tangannya sambil tersenyum puas.
Ditatapnya Kang San, yang sekarang sudah berada di sampingnya. Hyesun mengangkat Kang San ke pangkuannya, kemudian memeluk anak kecil itu erat-erat. Mr. Moon mengamati adegan di antara anak dan ibu itu dengan senyum tersungging di bibir. Selama pekerjaan yang dijalaninya selama 2 tahun ini, transaksi ini yang paling mengharukan sekaligus memuaskannya.
Sesaat kemudian terdengar bunyi kunci diputar dari pintu depan. Serentak mereka yang berada di ruangan itu berpaling ke sana. Pintu terbuka. Seorang ahjumma berpenampilan seronok, diikuti seorang pemuda jangkung yang sangat tampan dengan dandanan yang sangat tidak biasa, memakai eyeliner, beberapa anting di telinga sebelah kanan, celana jeans yang sangat ketat, dengan rambut sedikit awut-awutan, memasuki ruangan.
***********
SCENE TWO ....
Mr. Moon berdiri dari kursi yang didudukinya. Dia mengangguk kearah ahjumma yang memandang sekilas kearah mereka dengan senyum terhias di wajah.
"Anyong Mrs. Yoon .... "
Ahjumma yang ternyata pemilik rumah membalas sapaan Mr. Moon dengan menganggukan kepalanya. Hanya sebentar saja perhatiannya sudah beralih kembali ke pemuda jangkung berpenampilan aneh itu. Senyum genit tersungging di wajahnya yang seronok.
"Bagaimana my dear? .. tidak menyesal kan membeli rumah ini ? .."
Mrs. Yoon mengulurkan tangannya, mencubit gemas pinggang pemuda tersebut. Teriakan pendek terdengar. Mrs. Yoon tertawa keras, sementara pemuda itu mendelik kearahnya. Alisnya yang tebal dan indah berkerut.
"Ahh .. sudahlah, saya tidak akan bercanda lagi, jadi jangan cemberut seperti itu ... ini kunci dari rumah ini! .. semoga kamu merasa nyaman tinggal di sini ... jika ada sesuatu yang diinginkan, kamu .. si tampan, jangan lupa memberitahukannya kepadaku .. aku akan membantumu, ingat itu .... ", Mrs. Yoon menghentikan ketawanya. Ditepuknya bahu pemuda tersebut sambil mengedipkan sebelah matanya.
Hyesun dan Mr. Moon yang dari tadi hanya membisu di tempat semula, memperhatikan terus adegan dari kedua orang itu. Mendengar perkataan terakhir dari Mrs. Yoon mereka sangat terkejut. Mr. Moon kemudian segera mendekati Mrs Yoon.
"Nyonya Yoon, apa maksudnya dengan perkataan tadi? .. rumah ini sudah dijual ke orang ini? bagaimana mungkin? mengapa saya tidak diberitahu tentang ini? .... "
"ohhh ya tuan Moon ... miane saya belum memberitahukanmu tentang ini, tapi penjualan ini juga baru terjadi dua puluh menit yang lalu .. jadi saya belum sempat mengabarimu .. tapi ini tidak berpengaruh,kan? kamu sudah mengetahuinya sekarang ... ", kata Mrs. Yoon dengan senyum yang masih tersungging di wajahnya yang sudah berkeriput.
Mr. Moon menepuk dahinya kemudian berkata keras ..
"Ohhhhh .. nyonya Yoon!! .. tentu saja ada bedanya, agashi ini baru saja menandatangani kontrak pembelian rumah ini .. jadi dia juga pemilik dari rumah ini sekarang .... "
Mendengar itu, Mrs. Yoon langsung tertegun di tempatnya. Pandangannya beralih dari Mr. Moon ke Hyesun. Kemudian dari Hyesun ke Mr. Moon lagi, begitu secara silih berganti.
"Maksudmu ....rumah ini .... sudah kamu jual .. ke agashi ini?", tanya Mrs. Yoon. Ketidakpercayaan terpancar di matanya.
Mr. Moon mengangguk. Kekhawatiran terlukis jelas di wajahnya.
"Apa-apaan ini? ... saya tidak salah dengar, kan? bagaimana bisa begitu? .... saya yang tertarik lebih dahulu dengan rumah ini .. dan saya pula yang menandatangani kontrak terlebih dahulu .... jadi apapun kesalahan dari kalian, rumah ini tetap milikku ... ", pemuda yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara itu berkata keras. Suaranya sangat menawan. Agak serak dan dalam. Entah itu suara asli atau hanya karena tekanan dari kemarahan yang menghinggapinya.
Mr. Moon dan Mrs. Yoon saling berpandangan untuk waktu yang cukup lama. Kemudian mereka mengeluarkan surat kontrak di tangan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan. Hyesun tidak mengeluarkan suara, hanya sepasang matanya yang masih terbelalak lebar kearah mereka. Sepasang tangannya memeluk Kang San dengan sangat erat. Anak kecil itu tetap bermain dengan mainannya tanpa terpengaruh dengan situasi yang menegangkan itu.
Mr. Moon mendekati Mrs. Yoon. Kemudian memperlihatkan surat kontrak dengan Hyesun itu kepadanya. Sesaat mereka saling membandingkan kedua surat kontrak tersebut.
"Tunggu sebentar Lee Min Ho ssi dan agashi!! ... kami harus mendiskusikan masalah ini dulu ... ", kata Mrs. Yoon. Suaranya terdengar sedikit terguncang oleh peristiwa itu. Dia berjalan dengan cepat ke meja makan yang ada di sudut dekat jendela, diikuti oleh Mr. Moon.
Hyesun menghembuskan nafas panjang. Tangannya mengelus kepala Kang San. Diliriknya pemuda yang sudah menjatuhkan dirinya di kursi bundar dekat pintu masuk. "Pemuda aneh ... ", pikirnya dalam hati.
************
SCENE THREE .....
Hampir lima belas menit lamanya, Mrs. Yoon dan Mr. Moon membicarakan masalah itu. Suara mereka sangat halus sehingga tidak kedengaran oleh Hyesun dan Minho.
Hyesun telah menurunkan Kang San ke lantai, sehingga anak itu bisa bermain dengan leluasa, sedangkan dia sendiri menjatuhkan dirinya kembali ke kursi yang tadi didudukinya. Mukanya masih terlihat tegang. Dia sangat menyukai rumah ini. Dipandanginya Kang San yang bermain dengan gembira. Kang San juga menyukai tempat ini. Sampai matipun dia tidak akan melepaskannya.
Minho memandangi dua orang yang sedang berdiskusi itu dari tempatnya. Keningnya berkerut dan tangannya sibuk memutar cincin yang terpasang di telunjuk sebelah kanan. Menyuruhnya menyerah kepada wanita ini sama saja menyuruhnya bertekuk lutut ke semua wanita di seluruh dunia. Sampai matipun dia tidak akan menyerah.
**********
SCENE FOUR .....
Lima belas menit berlalu. Mrs. Yoon dan Mr. Moon mendekati Hyesun dan Minho. Sebelum memulai pembicaraan, Mrs. Yoon memandangi Hyesun dan Minho silih berganti. Setelah menarik nafas dalam-dalam, akhirnya dia mengambil tekad bulat.
"Hmmmmmm .. begini agashi dan Minho ssi ... kami sudah meneliti kedua surat kontrak itu dengan seksama dan ... maaf ... kami lihat kedua kontak tersebut resmi adanya .. jadi kedua surat itu berlaku di mata hukum .. sekarang kami punya dua jalan keluar bagi kalian ... pertama, salah satu dari kalian melepaskannya bagi yang lain, kami akan membayar kerugian yang terjadi, bagaimanapun kesalahan ini terletak pada pihak kami ... "
"Itu tidak mungkin!!!! .... ", potong Hyesun keras. Semua yang berada di situ langsung berpaling kearahnya. Hyesun langsung terlihat gugup. "La ... lu .... apa .. jalan keluar yang kedua ... ?", tanyanya cepat.
"Ehemmmm .... jika kalian berdua sama-sama tidak mau melepasnya maka ... tidak ada cara lain .. kalian bisa tinggal bersama di sini .. sampai .. ya.. sampai salah satu dari kalian tidak mampu bertahan sehingga bersedia melepasnya ke yang lain ... ", jawab Mrs. Yoon serba salah.
"Apaaaaaaaaaaaa??", teriak Hyesun dan Minho hampir bersamaan. Mereka langsung melempar pandangan kearah masing-masing. Sepasang mata mereka terbelalak lebar.
**********
SCENE FIVE ...
Mr. Moon dan Mrs. Yoon meninggalkan Hyesun dan Minho setelah mengeluarkan dua jalan keluar buat pemecahan masalah yang mereka hadapi. Mereka memberi waktu dua hari kepada Hyesun dan Minho untuk memikirkan semuanya.
Hyesun berpaling ke Minho, sedangkan Kang San masih asyik dengan mainannya.
"Yaaaa ... kamu tidak bermaksud berebutan dengan seorang ibu muda, kan?"
Minho masih tetap berada di tempatnya. Matanya yang tajam menatap Hyesun sangat lekat seperti sebuah pisau yang siap menusuk ke dalam hati wanita muda yang ada di hadapannya. Hyesun agak gentar dibuatnya.
"Lalu berikan alasan kepadaku mengapa saya harus menyerah kepadamu? .. saya tidak mengenalmu, dan saya juga mengeluarkan uang yang tidak lebih sedikit darimu untuk rumah ini?"
Hyesun langsung membisu. Dia tidak sanggup menjawabnya. Memang benar apa yang dikatakan pemuda ini ... apa alasannya? Dia tidak mampu memikirkan alasan yang diminta pemuda ini.
"Tidak bisa menjawab, haaaahh? ... jika begitu, simpan perkataanmu itu ... di kamusku tidak ada kata menyerah, apalagi terhadap seorang wanita sepertimu ... ", jawab Minho sinis.
"Kamuuuuu ....... ", Hyesun mengarahkan telunjuknya ke Minho. Dia ingin memakinya, tapi tidak bisa. Dia tidak terbiasa bertengkar, jadi makiannya hanya tertahan di tenggorokan.
"Jadi cuma ada dua jalan keluar dari masalah ini seperti yang diajukan oleh Mrs. Yoon dan Mr. Moon ... yang pertama, saya sama sekali tidak tertarik .. saya lebih memilih jalan keluar kedua .. sedangkan anda sendiri, silahkan pilih sendiri ... ", kata Minho lebih lanjut.
Hyesun termenung. Pemuda ini sungguh kurang ajar. Bagaimana mungkin dia memilih jalan keluar kedua? Tinggal bersamanya di sini? "Huhhhh lebih baik saya tidur di jalanan ... ", batin Hyesun dalam hati.
"Maksudmu ... kamu .. kamu lebih memilih tinggal di sini .. berdua .. maksudku bertiga, dengan kami ... ?", mata Hyesun terbelalak lebar ketika mengatakan ini.
"Apa masalahnya? .. saya sama sekali tidak perduli ... ", jawab Minho sambil mengangkat bahunya. Dia sangat cuek dan tidak perduli dengan kekagetan Hyesun.
"Kamuuuu .... saya lebih baik tidur di jalan daripada .... daripada tinggal di sini denganmu ... dan ..... ", perkataan Hyesun terhenti ketika sebuah tangan mungil menarik tangannya.
"Omma .... apakah hari ini juga kita pindah ke sini?", Kang San memandanginya dengan sepasang mata polosnya.
Hyesun tertegun. Untuk sesaat dia melupakan Kang San. Bagaimana mungkin dia melupakan Kang San? Putranya ini sangat menyukai tempat ini. Tempat ini yang telah merubah Kang San. Dia dapat melihatnya. Sejak memasuki daerah ini, Kang San selalu tersenyum dan bermain dengan ceria. Bagaimana mungkin karena ketidaknyamanannya dengan sikap pemuda ini, dia menyampingkan kebutuhan Kang San? Omma macam apa dia ini?
"Kita akan pindah ke sini besok pagi, San-ahh ... kita harus membawa serta baju dan beberapa peralatan yang dibutuhkan ... ", jawab Hyesun sambil tersenyum halus. Disentuhnya pipi Kang San dengan lembut.
"Jadi kamu juga memilih jalan kedua, kan? .. kita lihat saja siapa yang bisa bertahan .... saya akan segera menelepon Mrs. Yoon dan memberitahunya tentang keputusan ini ... harga rumah ini akan saya bayar terlebih dahulu dan anda bisa membayar setengah dari harga itu ke saya ... ", Minho merogoh ke dalam saku celananya, kemudian mengeluarkan ponsel model terbaru dari situ.
Hyesun menghela nafas panjang. Tidak ada jalan lain, dia harus menerimanya. Dan demi Kang San, dia harus bertahan. Diliriknya pemuda yang sedang menelepon itu. Perlahan tapi pasti, bibirnya tertarik keatas membentuk cibiran dan decakan.
**********
SCENE SIX ...
"Sekarang bagaimana caranya kita membagi tempat ini?", tanya Hyesun setelah Minho menyelesaikan pembicaraannya dengan Mrs. Yoon.
Minho berpaling kepadanya. Matanya memancarkan sinar yang langsung tertangkap maksudnya oleh Hyesun. Sebelum Minho bergerak dari tempatnya, Hyesun segera berlari ke dalam lorong dimana semua kamar berada. Dia berhenti di kamar utama sambil menghadapi Minho yang sekarang sudah berdiri di hadapannya.
"Kamar ini milikku!!! ... saya tidak bisa berada di kamar kecil itu dengan San ..!!", teriak Hyesun.
Minho mengarahkan telunjuknya ke hidung Hyesun. Kepalanya terangguk berkali-kali dan pandangannya memberikan kesan kalau hatinya berkata "Kamu hebat agashi .... "
Kemudian Minho berbalik. Hyesun sangat terkejut. Dia bermaksud mendahului langkah Minho. Tapi dia terlambat, Minho sudah berlari ke kamar tidur satunya, dapur, kamar mandi dan ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang makan. Tangannya menempel di seluruh ruangan itu sebagai tanda bahwa semua itu adalah miliknya. Kemudia dia menghadapi Hyesun dengan bibir yang agak tertarik ke atas. Senyum sinis yang meremehkan tersungging di wajahnya.
"Kamuuuu!!! .... kamu memonopoli semuanya? .... ", teriak Hyesun keras. Suaranya terdengar sumbang karena kemarahannya yang hampir meledak dengan kelakuan pemuda satu ini.
"Mengapa tidak? kamar tidur kamu sudah ada kamar mandi di dalamnya, jadi kamar mandi luar itu milikku ... aku tidak biasa berbagi kamar mandi dengan orang lain, apalagi dengan seorang wanita ... dan saya sudah terbiasa membuat makanan sendiri jadi dapur ini juga milikku ... sedangkan ruang tamu ini ... hmmm ... bukankah sudah ada aturan sejak dulu 'siapa cepat siapa yang akan mendapatkannya?' .... ", Minho menjatuhkan tubuh jangkungnya ke kursi bundar yang tadi didudukinya.
Sepasang mata Hyesun semakin melebar mendengar penjelasan Minho. Dia kehilangan kata. Dia tahu bahwa pemuda ini tidak bisa disalahkan. Dia yang memulainya. Jika bukan dia yang merebut terlebih dahulu, mungkin anak muda ini tidak akan berbuat begitu.
Hyesun berpaling perlahan ke Kang San. Bagaimana kehidupannya nanti? Sekarang saja dia sudah kalah. Kalah telak. Sepasang mata bundarnya mulai memerah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak memperlihatkannya ke musuh di hadapannya. Dia harus kuat. Harus!! Demi Kang San tidak boleh menyerah. Tapi dia tidak bisa menahannya. Dua titik airmata mengalir keluar walaupun tidak diiringi isak tanggis. Tidakkkk!!!! Dia tidak boleh terisak.
"Walaupun saya tidak pernah peduli dengan perasaan seorang wanita .. tapi ... karena anak itu ... baiklah, saya mundur sedikit ... ruang tamu ini boleh dibagi denganmu .... "
Perkataan Minho sangat mengejutkan Hyesun. Ditatapnya anak muda itu lekat-lekat.
"Jangan memandangiku seperti itu!! ... sudah saya katakan kalau saya melakukan itu karena putramu, bukan kamu ... dan jangan meminta yang lebih .. bagaimanapun saya tidak bisa berbagi dapur denganmu ..... ", setelah mengatakan itu, Minho memejamkan matanya. Dia sangat capek dan mengantuk. Sudah sehari dua malam dia tidak tidur. Dia baru pulang dari bar '2X' dua jam yang lalu. Dan dia hanya punya waktu untuk berganti pakaian sebelum menepati janjinya dengan Mrs. Yoon untuk menandatangani kontrak pembelian rumah ini.
Hyesun bermaksud mengatakan sesuatu, tapi dia segera mengurungkan niatnya ketika melihat pemuda itu sudah terlelap di bangku bundar yang didudukinya.
*************
SCENE SEVEN ...
Malam harinya, pukul 09:30 di bar '2X' .....
Minho mendekati meja panjang berkilap yang digunakan untuk melakukan pekerjaannya setiap malam. Musik remix berdentam keras di seluruh ruangan. Dihempaskannya tubuh jangkungnya di sana. Wajahnya terlihat tidak bersemangat. Seorang wanita cantik berbodi seksi memandanginya dari seberang meja.
"Yaaaa hottie!! ... ada apa denganmu? Kamu kelihatan lesu sekali .... "
Minho tersenyum. Agak terpaksa. Dan cewek pemilik bar itu dapat melihatnya. Disodorkannya sebotol bir ke Minho.
Minho meraih bir itu dan meminumnya. Dia tidak menjawab pertanyaan cewek berwajah asing itu. Gadis itu juga tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya memperhatikan pemuda dihadapannya. Ada sesuatu yang disesalinya sejak dulu. Minho sangat menarik. Semua yang ada padanya sangat sempurna, baik itu rambutnya yang hitam pekat, sepasang matanya yang bening dan memikat, begitu dalam dan memiliki daya tarik magnet, hidungnya yang mancung lurus, bibirnya yang merah dan penuh, kulitnya yang halus, maupun bentuk tubuhnya dan tingginya yang begitu memukau.
"Noona sudah puas memandangiku?", tanya Minho tanpa mengalihkan pandangannya dari bir yang terpegang di tangan kanan.
Gadis yang dipanggil noona itu langsung tersenyum lebar. Pemuda ini selalu bisa mengunakan mata dan hatinya dalam waktu bersamaan. Dia mungkin saja tidak memandangimu, tapi dia mengetahui kalau kamu memperhatikannya. Dia sangat menyadari kalau pesonanya menarik bagi siapa saja. Baik itu pria maupun wanita. Minho kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
"Malam ini agak sepi ..... pesona Jess noona kelihatannya tidak berfungsi sempurna malam ini ..."
Jessica Gomez, nama cewek pemilik bar '2X' itu memajukan bibirnya ...
"Tentu saja ... tanpa kamu, noona bukan apa-apa ... "
Minho tersenyum kecil. Sesaat kemudian dua orang pemuda mendekati mereka. Salah satu dari pemuda itu menyandarkan tangannya ke bahu Minho. Mereka adalah pelangan tetap bar ini.
"Heiii .. Lee Min Ho, akhirnya kamu datang juga ..... bagaimana keadaanmu hari ini? Masih bisa bertahan untuk round selanjutnya?"
Minho menyingkirkan tangan pemuda itu dari bahunya. Kelihatan benar kalau dia sangat terganggu dengan kehadiran mereka.
"Saya tidak tertarik bermain dengan kalian malam ini!!"
"Yaaaa .. ada apa ini, Minho-a? ... kamu kelihatan sangat lesu ... itu tidak sepertimu!! cuma sehari dua malam, kan? kamu sudah teler haaa? ... ", pemuda satunya lagi tersenyum mengejek kearah Minho.
"Saya bukan lelah ...lagi pula siapa bilang saya bakal teler kalau cuma berpesta selama dua malam!!! .... hanya saja .. hari ini terjadi sesuatu yang menjengkelkanku .... ", jawab Minho garang. Giginya bergemelatuk keras.
Kedua pemuda itu saling melempar pandangan. Begitu juga Jess. Mereka saling dalam hati apa sebenarnya yang terjadi dengan Minho. Tidak biasanya pemuda ganteng ini semurka ini.
"Apa yang terjadi, hottie?", tanya Jess ingin tahu.
"Hari ini saya membeli rumah yang sudah kutetapkan kemarin, ... dan .. kalian bisa bayangkan tidak.. kalau .. saya dan seorang ibu muda menandatangani kontrak yang sama pada waktu yang hampir bersamaan ...", Minho memulai ceritanya. Sebenarnya dia bukan orang yang suka menceritakan kehidupan di luar pekerjaannya.
Tapi kali ini dia sudah tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi.
"Apaaaaaaaaaaaaaa?????", ketiga orang dihadapannya berteriak dalam waktu hampir bersamaan. Minho segera menutup telinganya rapat-rapat. Walaupun musik yang diputer di situ sangat keras, teriakan mereka mengalah semuanya.
"Mengapa bisa begitu? lalu apa yang terjadi selanjutnya?", tanya Jess, tanpa menutupi rasa penasarannya yang besar.
"Apa yang bisa terjadi selanjutnya selain kami sama-sama tidak mau menyerah dan terpaksa harus tinggal bersama ... ", jawab Minho sambil menekan suaranya dalam-dalam.
Sekali lagi, ketiga orang di sekelilingnya itu dibuat terkejut luar biasa. Mata mereka terbelalak lebar, terarah ke anak muda itu. Jess kemudian keluar dari lingkaran meja yang memisahkannya dengan Minho. Dia duduk di samping pemuda itu sambil memandanginya.
"Kamu setuju dengan semua itu? ... bagaimana mungkin? ... maksudku .. kamu dan seorang wanita? .. "
Minho berpaling ke Jess.
"Saya tahu maksud dari perkataan noona ... tapi saya tidak bisa memilih jalan satunya lagi, saya tidak mau melepas rumah itu karena rumah itu sangat sesuai denganku .. saya sangat menyukainya .... "
"Heiiii, Lee Min Ho! bagaimana kalau kita bertaruh untuk itu?", tiba-tiba sebuah ide muncul di pikiran Si Won, salah satu dari pemuda itu.
Wajah Minho berkerut. Dia tidak begitu suka melihat senyum yang tersirat di wajah Si Won.
"Apa itu?", dia mengajukan pertanyaan juga walaupun hatinya tidak tertarik.
"Begini .. kita bertaruh berapa lama wanita itu akan bertahan di rumah itu? ... jika dia bisa bertahan lebih dari dua minggu, maka kami yang menang .... tapi jika kamu berhasil membuatnya kabur sebelum waktu yang ditentukan, yaitu waktu dua minggu itu, maka kami akan membayarmu, ... hmmmm ...lotus merah yang saya tahu sangat menarik bagimu ..... jika kami yang menang, saya hanya ingin kamu berkencan sehari dengan brotherku, dia sangat menyukaimu dan kamu tahu itu, kan? ... bagaimana? ... taruhan ini sangat menarik, kan?", Si Won mengajukan taruhannya.
Minho mendelik. Wajahnya mengeras.
"Lotus merah? .... untuk yang satu ini saya sependapat denganmu ... tapi brothermu, saya tidak tertarik ..."
"Menurutku taruhan ini sangat menarik .. saya ikut di dalamnya ... ", Jess mendadak mengeluarkan suaranya.
"Jess noonaaaaa !!!", teriak Minho. Dia sangat terkejut dengan keikutsertaan Jess dalam taruhan ini.
"Yaaa .. Minho, apa salahnya noona ikut bertaruh untukmu? ... saya yakin tidak ada wanita yang sanggup bertahan denganmu ... kamu sangat membenci wanita, kan? dalam kamus Lee Min Ho tidak ada wanita .. jadi saya yakin kamu tidak akan membiarkan wanita itu berkeliaran dalam kehidupanmu terus menerus ... "
Minho terdiam. Wanita? Ya, dia sangat membenci wanita. Tapi wanita dengan satu anak? Dia tidak yakin bisa membencinya. Samar-samar terbayang kembali penyiksaan yang dilakukan ibu tirinya dulu. Kalau bukan karena kepergian ibu kandungnya yang sangat cepat, dia tentu tidak akan seperti sekarang ini.
Minho meraih bir yang tadi diletakkannya di atas meja dan meneguknya sampai habis.
***********
Keesokkan harinya .....
Sebuah van berhenti di halaman rumah yang kemarin menjadi perebutan Minho dan Hyesun. Beberapa peralatan dipindahkan ke pintu depan oleh dua orang pekerja berbadan kekar. Hyesun dan Kang San keluar dari van itu dan berjalan ke pintu depan, di mana dua orang pekerja tadi menunggu.
Hyesun mengeluarkan kunci dan membuka pintu itu. Dia memasuki ruangan diikuti oleh Kang San dan dua orang pekerja yang memikul lemari.
"Barang-barang itu diletakkan di kamar utama, ajusshi ... kamshamida ... ", ~sorry kalau salah dalam penulisannya hahaha~ Hyesun memberikan perintahnya.
Kedua pekerja itu mengikuti perintah Hyesun. Setelah semua peralatan dipindahkan ke dalam kamarnya, Hyesun mengeluarkan dompet dan membayar hasil jerih payah kedua ajusshi tersebut. Dua orang itu keluar dari rumah dengan wajah berseri. Hyesun lalu menunduk menghadapi Kang San.
"San-ahhh ... mulai hari ini, rumah ini adalah tempat tinggal kita ... "
Kang San mengangguk cepat. Wajahnya mengambarkan kebahagiaan. Dia berlari melewati ommanya. Tapi sorakannya terhenti ketika didapatinya seseorang berada di situ.
"Ommaa ... ", katanya pelan. Telunjuk mungilnya menunjuk ke depan.
Hyesun berbalik ke belakang. Diikutinya arah yang ditunjuk Kang San. Dan ... dia mendapati pemuda menyebalkan yang kemarin merebut ruangan ini dengannya, sedang tertidur di kursi bundar seperti waktu ditinggalkannya kemarin.
Hyesun menarik Kang San kembali kearahnya. Dipeluknya anak itu erat-erat.
"San-aa ... ingat!! jangan mencontoh orang itu ... jika tidur, seharusnya di kamar dan bukan di ruang tamu, dan dandanan itu juga jangan ditiru, seorang cowok baik-baik tidak akan berdandan seperti itu ..., araso?"
Kang San menganggukan kepalanya.
"Saya tidak pernah melihat seorang ibu menjelekkan orang lain dihadapan anaknya sendiri .. apalagi menjelekkannya di depan orang bersangkutan ... "
Suara serak dan dalam itu mengejutkan Hyesun. Dia segera berpaling dari Kang San ke asal suara itu. Pemuda tersebut bergerak dalam tidurnya. Sepasang matanya yang bereyeliner terbuka perlahan. Dia memandangi Hyesun. Bibirnya terbuka, menguap lebar.
cre all pics, as tagged, baidu
~~~~~END CHAPTER~~~~~
~~~~~END CHAPTER~~~~~
Vayza- Posts : 10
Join date : 2013-06-15
*When a Gay met a Young Mom (in love again)* Chapter 2 by Lovelyn
*When a Gay met a Young Mom (in love again)*
Chapter 2
SCENE ONE
Hari pertama kehidupan Minho, Hyesun dan Kang San .....
Minho sudah memejamkan matanya lagi setelah memberi perkataan ketus ke Hyesun. Karena hanya tidur selama empat jam dari kemarin pagi, membuat seluruh badannya terasa remuk. Ditambah pikiran yang penat, dia dapat tidur dengan pulas.
Hyesun memperhatikan Minho selama beberapa menit. Dia tidak mengerti apa sebenarnya yang dilakukan pemuda ini sehingga kelihatan begitu lelah. Dari kemarin wajah yang terpoles sempurna itu kelihatan tidak bertenaga. Yang dilakukannya hanya tidur dan tidur saja. "Apakah dia tidak perlu melakukan pekerjaan lain selain malas-malasan seperti ini ? ..", umpat Hyesun dalam hati.
Lamunan Hyesun buyar ketika sebuah tangan mungil yang hangat menyentuh tangannya. Hyesun berpaling ke samping. Kang San sedang menatapnya dengan sepasang mata polosnya yang bening.
"Omma ... hyung itu siapa?"
Hyesun langsung tertegun mendengar pertanyaan Kang San.
"Hyung ???", katanya, mengulang pertanyaan Kang San. Perlahan pandangannya kembali dialihkan ke Minho yang tertidur di kursi bundar dekat pintu.
"Dia hanya orang asing yang tinggal bersama kita, San-aaa .... jadi kita tidak perlu memperdulikannya .... ", jawab Hyesun kemudian.
Kang San mengedipkan matanya berulangkali. Dia kelihatan berusaha mencerna perkataan ommanya. Dan tentu saja untuk anak seusianya, perkataan itu terlalu rumit. Dia hanya mengerti perkataan Hyesun yang pertama, bahwa hyung ini akan tinggal bersama mereka. Perlahan anak itu mendekati Minho. Hyesun mengerutkan alisnya. Apa sebenarnya yang akan dilakukan Kang San?
Kang San sampai di samping Minho. Diperhatikannya wajah Minho dengan seksama. Kemudian tangan mungilnya terulur, menyentuh tangan Minho. Hyesun sangat terkejut. Dengan cepat dia berlari ke Kang San dan menariknya ke belakang.
"Apa yang kamu lakukan?", tanya Hyesun dengan suara mendesis. Dia berusaha menekan suaranya supaya tidak membangunkan pemuda yang sedang tertidur pulas itu.
Sepasang mata Kang San terbelalak lebar. Dia sangat terkejut dengan reaksi ommanya yang besar.
"Omma ..... ", suara Kang San sangat pelan. Dia terguncang sekali dengan sikap Hyesun.
"Ahh sudahlah ... lain kali jangan begitu lagi ... ", akhirnya Hyesun menyerah dengan pertanyaannya setelah melihat ketakutan Kang San. Diliriknya jam tangan mungil yang melingkar di tangan kirinya.
"Sekarang kita sarapan di luar ..... omma sudah membuat janji dengan kepala sekolah 'Happy Heart Kindergarden', ... San akan sekolah di sana .. sehari penuh, dengan begitu omma bisa bekerja dengan tenang tanpa perlu khawatir San tidak ada yang rawat ... ", Hyesun menarik tangan Kang San, bermaksud mengajaknya keluar dari rumah. Tapi anak kecil itu tidak bergeming di tempatnya.
Hyesun memperhatikan putranya dengan seksama. Sepasang mata bundar itu memerah. Hyesun menghembuskan nafasnya. Anak ini terlalu sensitif. Gampang sekali terpengaruh dengan perkataan keras seseorang. Karena itu pula dia pindah ke sini. Kang San sedikit berubah begitu memasuki lingkungan sini. Dia lebih ceria dan enerjik.
"Miane, San-ahhh ... omma tidak bermaksud bersikap kasar padamu ... jeongmalmiane ... ", kata Hyesun pelan.
"San hanya ... hanya ingin berkenalan dengan hyung ... omma .. bilang .. hyung akan tinggal di sini .. dengan kita ... ", Kang San berkata tersendat-sendat. Penjelasan yang tadi diminta Hyesun dikeluarkannya juga.
Hyesun tertegun. Ternyata alasan itu yang membuat Kang San melakukan perbuatan yang dilarangnya. Dan Kang San tidak bersalah. Apa yang dikatakannya itu masuk akal. Dia tidak mengetahui apa-apa. Pikirannya sangat sederhana. Karena tinggal bersama, maka mereka harus saling mengenal. Jadi apa yang salah dari tindakannya itu? Mengapa belum apa-apa, dia sudah semurka itu? Hyesun kemudian berlutut menghadapi Kang San.
"San-ahh ... sekali lagi omma minta maaf padamu ............. Sanku tidak bersalah .. omma yang salah .. omma tidak seharusnya marah ke San .... benar kata San ..., kita tinggal bersama jadi kita harus saling mengenal ...... tapi, ... orang ,, ehhhh maksud omma, hyung ini mungkin tidak ingin mengenal kita ...... mungkin dia akan merasa terganggu dengan kehadiran kita .......... jadi lain kali San jangan berbuat begitu lagi .. araso?"
Kang San mendengarkan penjelasan Hyesun dengan seksama. Kemudian dia mengangguk. Hyesun tersenyum lembut. Sekilas dia melirik pemuda di sampingnya. Orang itu masih tidur dengan sangat lelap. Sekali lagi Hyesun menghembuskan nafasnya. Setelah berdiri dari tempatnya, dia dan Kang San keluar dari ruangan itu dengan bergandengan tangan.
**********
SCENE TWO
Keesokan harinya, pukul 06:12 sore ............
Hyesun berada dalam mobil Kim Joon, majikan sekaligus dokter pemilik klinik 'Kim's Health', di mana Hyesun bekerja sebagai perawat. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Hyesun.
Perkenalan antara Hyesun dan Joon terjadi dua tahun yang lalu. Ketika itu Kang San baru berusia satu tahun. Setelah setahun melepas semua kehidupannya demi Kang San, Hyesun akhirnya mengambil keputusan untuk memulai pekerjaan yang belum pernah dilakukannya.
Tapi setelah berpuluh surat lamaran kerja dikirim, tidak ada satupun yang mendapat balasan. Hyesun sudah putus asa waktu itu. Dia sangat tertekan ketika memikirkan nasibnya dan Kang San, jika sampai dia tidak berhasil mendapatkan pekerjaan juga. Pada saat itulah dia bertemu dengan Joon. Dia hampir saja mengalami kecelakaan ketika menyebrangi jalan raya dengan pikiran menerawang. Joon yang menariknya ke belakang. Joon yang menyelamatkannya. Dan Joon pula yang memberi kesempatan kepadanya untuk belajar di klinik miliknya tanpa memperdulikan pengalaman yang tidak dimilikinya.
Dalam waktu dua tahun ini banyak yang dipelajari Hyesun. Tidak hanya pengalaman di bidang pengobatan, tapi juga bagaimana caranya menjalani hidup. Joon adalah sosok seorang oppa yang sangat penting baginya. Hyesun tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya tanpa kemunculan Joon. Mungkin dia masih terdampar, terombang-ambing di tengah jalan bersama Kang San. Membayangkan ini sudah membuat Hyesun ngeri.
Sepuluh menit kemudian, setelah meninggalkan daerah perkotaan, Mercedes hitam yang dikendarai mereka memasuki jalan lebar yang diapit lapangan berumput di kedua belah sisi. Joon mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Keningnya berkerut.
"Kamu .. pindah ke sini?", tanyanya dengan nada tidak percaya.
Hyesun mengangguk. Senyum manis tersungging di bibir mungilnya.
"Iya ... di sini sangat tenang .. cocok buat perkembangan San .... "
"Di sini sangat sepi, ... apa tidak berbahaya buat seorang wanita muda sepertimu?", Joon mengajukan pertanyaannya lagi. Pandangannya masih terarah keluar jendela mobil.
"Ha .. haa.. oppa jangan khawatir, di sini sangat aman kok ... lagipula San sangat menyukai tempat ini .... oh ya, oppa bisa menghentikan mobilnya di sini .. saya harus menjemput San dulu, dia sekarang masih berada di sekolah .... ", kata Hyesun sambil menunjuk ke depan, yang letaknya tidak terlalu jauh dari 'Happy Heart Kindergarden'.
Joon menghentikan mobilnya seperti permintaan Hyesun. Kemudian mereka keluar dari mobil.
"Oppa tidak perlu mengantarku .. saya bisa pulang sendiri dengan San .... ", kata Hyesun sambil memberi komando supaya Joon kembali ke mobilnya.
"Kamu bermaksud mengusirku ya, Hyesun-a?", Joon mengeluarkan pertanyaannya.
Hyesun sangat terkejut mendengar perkataan Joon. Bibirnya tergagap. Tidak mampu bersuara. Joon langsung terbahak melihatnya.
"Ha ... ha .. ha.. oppa cuma bercanda kok .. sudah .. sana jemput San ... , oppa akan menunggumu di sini .. hari sudah gelap .. biarkan oppa mengantar kalian sampai ke rumah ... "
Hyesun tersenyum perlahan. Joon bercanda? Setelah dua tahun mengenalnya, Hyesun tetap tidak bisa membedakan mana perkataannya yang bercanda dan mana yang serius.
***********
SCENE THREE
Hyesun berlari ke sekolah Kang San, diikuti Joon dari belakang. Tujuh menit kemudian, mereka bertiga sudah dalam perjalanan ke rumah yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari situ. Tidak ada kata yang terucap di antara mereka. Kang San diapit di tengah. Sepasang tangannya yang mungil berpegangan di tangan Joon dan Hyesun. Kang San memang sudah sangat akrab dengan Joon. Mereka sering berpergian bersama di hari libur. Joon sangat menyayangi Kang San dan Kang San juga sudah menganggap Joon seperti keluarga sendiri.
Mereka bertiga melangkah dengan lamban sambil menikmati pemandangan indah di sekitar tempat itu. Angin bertiup lembut, menerbangkan benih-benih rumput ke udara. Mata Hyesun terpejam perlahan. Tercium olehnya bau rumput segar. Sayup-sayup telinganya menangkap kicauan burung di kejauhan. Hyesun menghembuskan nafas perlahan. Hatinya sangat tenang sore ini. Sudah lama dia tidak sesantai seperti sekarang.
Tapi ketenangannya langsung terganggu ketika seorang pemuda berpostur tinggi melintas di sampingnya. Orang itu berpaling kearah mereka, tanpa menghentikan langkahnya yang lebar. Senyuman mengejek terlukis di wajahnya yang dipoles kosmetik, sedangkan tangan kanannya menjinjing sebuah kantong kertas besar. Kening Hyesun berkerut. Anak muda itu lagi? Dua hari sudah mereka tinggal bersama tapi Hyesun masih belum mengetahui nama dan apa yang dikerjakannya dengan dandanan seronok seperti itu.
Ketika berangkat dari rumah pagi ini, Hyesun tidak melihatnya di ruang tamu. Dia tidak tahu pemuda itu belum pulang atau sudah pulas di kamarnya sendiri. Hyesun tidak perduli. Dan dia hampir saja melupakan keberadaan pemuda itu, jika dia tidak muncul lagi di hadapannya sekarang.
Minho melewati ketiga orang yang seperti keluarga kecil bahagia itu dengan senyum yang masih tersungging di bibir. Dia baru saja pulang dari membeli makanan di sebuah restoran kecil di pusat kota. Hari ini dia tidak punya semangat memasak. Dan bagi yang mengenal Lee Min Ho, mereka tentu akan keheranan mengetahui ini. Minho dikenal sebagai orang yang sangat pemilih dalam soal makanan. Dia tidak pernah mau makan makanan luar. Dia selalu memasak makanannya sendiri. Tapi hari ini lain. Minho juga tidak tahu mengapa. Setelah tinggal bersama wanita dengan satu anak ini, semua semangatnya hilang.
"Siapa orang itu? ... dandanannya ..... hmmmm ... dia sangat aneh ...., tidak berbahayakah?", Joon bergumam lirih. Dahinya berkerut dan pandangannya terarah lurus ke punggung Minho yang hampir menghilang tertutup kabut malam.
"Tidak!! .. oppa jangan khawatir, dia tidak berbahaya kok ........ dia ... hmm ... dia tetangga kami .... dandanannya memang aneh .. tapi .. saya yakin dia tidak berbahaya ......... ", jawab Hyesun perlahan. Dia berusaha menekankan perkataannya supaya Joon mempercayai semua itu, walaupun dia sendiri tidak yakin apa yang dikatakannya itu benar atau tidak.
"Sampai di sini saja oppa mengantar kami .............. rumah kami hanya tinggal beberapa meter di depan sana .... ", lanjut Hyesun lagi.
Joon menatap lurus ke mata Hyesun.
"Kamu tidak bermaksud mengundangku ke rumah barumu?", tanyanya.
Hyesun menjadi serba salah. Dia ingin melakukannya. Tapi dengan pemuda itu di sana, dia tidak yakin dapat melakukannya.
"Miane oppa .. tidak hari ini ... saya sangat capek dan saya yakin San juga .. jadi lain kali saja ya? .. saya berjanji akan menyiapkan makanan istimewa buat menyambut kunjungan oppa ... "
Untuk beberapa saat Joon memperhatikan sikap Hyesun. Akhirnya dia menyerah ketika melihat keteguhan hati Hyesun. Tidak ada gunanya dia memaksakan kehendaknya karena dia mengenal betul siapa Hyesun. Sekali dia mengambil keputusan, tidak ada yang dapat merubahnya.
"Baiklah .. jaga dirimu baik-baik .. jika ada masalah jangan lupa beritahu oppa ... oppa akan selalu berada di sisimu ... ", Joon menepuk pelan bahu Hyesun.
Hyesun menganggukkan kepalanya. Bibirnya tersenyum manis. Kemudian dia mengangkat tangannya, memberikan lambaian perpisahan ke Joon. Hal yang sama dilakukan oleh Kang San. Joon juga tersenyum. Walaupun perasaannya tidak enak, tapi dia melangkahkan kakinya juga, meninggalkan mereka.
*************
SCENE FOUR
Hyesun memasukkan kunci ke lubang kunci pintu depan, kemudian memutarnya. Pintu terbuka dalam satu dorongan. Hyesun memasuki ruangan diikuti oleh Kang San. Minho yang sedang asyik dengan makanan di meja makan segera berpaling ke arah mereka. Sesaat pandangan dia dan Hyesun bertemu. Bibir Minho langsung tertarik keatas membentuk senyum ejekan. Setelah itu perhatiannya kembali lagi ke makanan di depannya.
Hyesun mendengus perlahan. Digandengnya tangan Kang San, bermaksud mengajaknya kembali ke kamar. Tapi perhatian Kang San sejak tadi terpusat ke Minho. Dia mengibaskan tangan Hyesun yang mengandengnya, kemudian berjalan kearah Minho.
"Hyung makan apa?", tanyanya dengan suara bening yang sangat khas.
Minho langsung tertegun di tempat. Sepasang mata bulatnya yang terhias eyeliner berkedip berulang kali. Diperhatikannya anak kecil yang berada dihadapannya itu dengan tampang polos dan bodoh. Dia tidak pernah menyangka Kang San akan menyapanya seperti ini.
"Na ... si .... da.. ging .. sa .. sa .. pi ...", jawabnya terbata-bata.
Hyesun juga tidak kalah terkejutnya dengan Minho. Sepasang matanya yang besar terbelalak lebar. Kekagetan membuatnya tidak berkutik di tempat.
"San juga ingin makan nasi daging sapi ..... ", kata San. Perhatiannya terpusat ke makanan di hadapan Minho.
Minho semakin kehilangan kata-katanya. Bibirnya bergerak berulangkali tanpa ada suara yang terucap.
"San-aaa .... kembali kesini ..... omma ... omma akan masak raeman untukmu .... ", perintah Hyesun dengan suara serak. Dia masih terguncang dengan apa yang dilakukan Kang San.
Kang San berbalik ke Hyesun. Dia tidak bergeming dari tempatnya.
"Tapi San ingin makan nasi daging sapi ...."
Hyesun sangat terpukul melihat kekerasan Kang San. Mulutnya terbuka dan suaranya terdengar keras di telinga ketika mengeluarkan perkataan selanjutnya.
"Bagaimana omma bisa membuat nasi daging sapi untukmu sekarang ... jika kamu ingin makan makanan itu, omma akan membuatkannya besok .. malam ini .. malam ini kita makan raeman ... !! "
"San ingin nasi daging sapi .... ", Kang San masih berkeras dengan keinginannya. Airmatanya mulai menitik melihat kemarahan Hyesun.
"Mengapa kamu berteriak seperti itu? .. omma macam apa kamu ini??? ..... kalau dia ingin makan nasi daging sapi, biarkan saja!! .... kemarilah anak kecil ... kamu boleh makan ini bersamaku ... ", Minho yang sudah pulih dari keterkejutannya melambai ke Kang San.
Anak itu memperhatikan Hyesun sesaat, seperti meminta persetujuan dari ommanya itu. Hyesun tidak bereaksi. Kemarahannya yang hampir meluap tertahan di dada. Tampang Kang San sangat memelas.
"Terserah kamu saja ... omma tidak perduli lagi ... ", Hyesun berbalik ke kamar tidurnya dengan sepasang tangan terkepal erat.
Kang San tersenyum gembira. Sekarang perhatiannya utuh terpusat ke Minho. Sesaat Minho tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Diperhatikannya anak kecil itu dengan seksama.
"Ehemmm .. siapa namamu?", tanyanya sungkan.
"Kang San ... ", jawab Kang San.
"Kang San hmmmm .... oh ya, saya dengar ommamu memanggilmu San ... jadi mulai sekarang saya memanggilmu San saja .... kenalkan namaku Lee Min Ho .. kamu boleh memanggilku Minho .. atau .. apapun itu .. terserah kamu ... ", kata Minho dengan suara khasnya yang serak dan dalam.
"Hyung ... ", kata Kang San cepat.
"Hyung??", dahi Minho agak berkerut mendengar panggilan ini. Tapi begitu melihat senyum Kang San, dia langsung tertawa terbahak.
"HA .. HA.. HA .. ya, hyung ... terserah kamu saja ... kemarilah .. duduk di pangkuan hyung ... "
Minho mengangkat Kang San ke pangkuannya. Senyumannya yang mampu meluluhkan hati semua insan di dunia, baik pria maupun wanita, tersunging di wajahnya yang tampan. Beberapa saat kemudian, dua orang dengan perbedaan mencolok itu mulai menikmati makanan yang terhidang di hadapan mereka.
**************
SCENE FIVE
Keesokan harinya, Hyesun tersentak dari tidurnya. Diliriknya jam weker yang terletak di meja samping ranjang. Jam 05:30. Masih sangat pagi. Hyesun memejamkan matanya kembali. Tapi setelah sepuluh menit, dia menyerah. Pikirannya sangat jernih. Dia sudah benar-benar tersadar dari tidur.
Hyesun menyibakkan selimut yang menutupi badannya. Kang San masih tertidur pulas di sampingnya. Perlahan Hyesun turun dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Samar-samar dia mendengar bunyi air yang disiramkan dari kamar mandi yang berada di sebelah kamar tidurnya. Hyesun mendengus. Pasti pemuda itu!!!
Hyesun berjalan ke ruang tamu depan. Tubuhnya dihempaskan ke sofa. Kemudian dia menghidupkan tivi. Dia masih bisa bersantai selama sejam karena waktu kerjanya mulai pukul 08:00 pagi. Sedangkan Kang San akan diantar ke sekolah lima belas menit sebelum jam kerjanya itu.
Sepuluh menit lamanya Hyesun menatap semu monitor tivi. Sepagi ini memang tidak ada acara menarik. Akhirnya Hyesun mematikan tivi setelah pikirannya makin ruwet dengan program tivi itu. Bunyi air yang disiramkan di kamar mandi sudah tidak terdengar lagi. Suara 'KLIK' yang cukup keras membuat Hyesun berpaling.
Minho keluar dari kamar mandi. Mata Hyesun langsung terbelalak lebar. Dadanya berdegup kencang. Sepasang pipinya yang putih mulus perlahan memerah laksana buah cherry yang memasak. Minho sekarang berdiri di depannya dengan dada polos yang tidak tertutup selembar benangpun. Dia hanya memakai handuk yang dililitkan di bagian pinggang. Dada itu sangat bidang, dengan otot-otot berlapis yang begitu sempurna. Sedangkan rambutnya basah dan menempel lekat di wajahnya yang tidak terpoles bedak, eyeliner atau apapun. Wajah itu begitu alami. Sangat berbeda dengan penampilan seronok yang biasa dilihatnya.
Minho juga kelihatan sangat terkejut dengan keberadaan Hyesun di situ. Tapi lain dengan Hyesun yang langsung berpaling kearah lain, Minho memandangi Hyesun dengan tampang berkerut.
"Apa yang kamu lakukan sepagi ini?", tanyanya dengan suaranya yang sangat khas.
"Sa ... sa ... ya ... sa .. ya .. tidak .. bisa .. .. terlelap .. kem .. bali ....", jawab Hyesun terbata-bata.
Minho menghembuskan nafasnya, kemudian berkata lagi ...
"Bisakah kamu memandangiku? .... tidak sopan kalau berbicara sambil membelakangi orang seperti itu ... "
Mata Hyesun semakin melebar mendengar perkataan Minho. 'ORANG INI!!! apakah dia tidak sadar ada sesuatu yang salah dengan penampilannya? ..bagaimana mungkin dia menyuruhnya berpaling kearahnya dengan kain minim begitu!!!' Hyesun tetap berdiri dalam posisi semula. Sepasang matanya tertutup rapat.
"HEIIIII!!! KAMU TULI .. YAAAA??", teriak Minho keras.
Dia berjalan dengan langkah lebar kearah Hyesun. Sekarang dia sudah berdiri tepat dihadapan Hyesun. Dahinya berkerut ketika melihat sepasang mata Hyesun tertutup rapat.
"Ada apa denganmu? ...... sekarang saya sudah berdiri dihadapanmu dan sedang berbicara denganmu .. jadi buka matamu!!", perintah Minho.
Hyesun mengeleng keras. Sepasang tangannya bergerak cepat, menutupi sepasang matanya yang terpejam rapat.
"HEIIIIIII!!!! ..... buka matamu, KATAKU!!!! ", teriak Minho lebih keras lagi. Tangannya bergerak keatas, berusaha menarik tangan Hyesun yang menutupi wajah.
Hyesun berteriak keras. Ketakutan dan guncangan hebat melandanya saat itu juga.
"TIDAKKKKKKKKK!!!! MENYINGKIRLAH DARI HADAPANKU!!!!!"
"Apa yang terjadi denganmu? mengapa kamu kelihatan sangat ketakutan seperti ini!!! SAYA TIDAK AKAN MEMPERKOSAMU .....!!!", kekesalan Minho langsung memuncak sampai ke ubun-ubun.
Mendengar perkataan Minho ini, Hyesun semakin terpukul. Tanpa sadar sepasang tangannya yang menutupi wajah diturunkan. Sepasang matanya terbelalak sangat lebar kearah Minho. Dan pemandangan di depan membuat perasaan takutnya semakin melangit. Dadanya berdegup kencang.
"AKHHHHHHHHHHHHHH .......!!!!!!!"
Dengan cepat dia mendorong Minho ke belakang, kemudian berlari ke kamarnya. Setelah itu dia menutup pintu kamar rapat-rapat dan memasang kunci dengan tangan bergetar hebat. Dia masih dalam posisi itu ketika suara Kang San terdengar dari belakang.
**************
SCENE SIX
Minho memainkan tabung di tangannya dengan keahlian yang luar biasa. Dilemparkannya tabung itu ke kanan, kiri, belakang dan udara berulangkali. Dikocok dengan kedua tangan. Setelah selesai dituangkannya minuman dengan warna mencolok itu ke beberapa gelas kaca kecil yang tertata di atas meja. Berpuluh pelangan bar '2X' bertepuk tangan riuh dengan pertunjukkannya.
Minho tersenyum kecil. Kelihatan terpaksa. Tapi tidak seorangpun dari pelangan tersebut yang dapat melihatnya, karena mereka sudah terpikat dengan semua pertunjukkan dan senyum Minho yang menawan. Beberapa dari mereka, pria maupun wanita, mengeluarkan keinginannya berkencan dengan Minho.
"Saya sangat sibuk .... ", tolak Minho dengan nada halus.
Mereka sangat kecewa dengan penolakan Minho. Tapi Minho tidak perduli sama sekali. Dia kembali ke pekerjaannya sehingga menyebabkan kumpulan orang-orang itu bubar dengan tampang kesal.
Melihat kepergian mereka, Minho tersenyum tipis.
"Minho!! .. ada apa denganmu? .... akhir-akhir ini kamu sudah membunuh banyak hati para pengemarmu ...."
Minho berpaling kearah suara itu. Si Won sudah menghempaskan diri di kursi sebelah kanan ujung meja. Tubuhnya bergoyang mengikuti irama musik yang diputar di bar itu. Minho tidak menjawab. Perhatiannya hanya sebentar tertuju ke Si Won. Waktu selanjutnya, dia kembali memainkan tabung yang sudah terisi beberapa jenis minuman beralkohol.
"Bagaimana taruhan kita, Minho-aa? ... sudah hari ketiga.... apakah kamu sudah memikirkan cara untuk menyingkirkan ibu muda itu? ....... ingat,,, jika kamu kalah .. kamu harus berkencan dengan saudaraku .... "
Dahi Minho berkerut. Dia merasa terganggu dengan kehadiran Si Won.
"Taruhan apa? ... apakah saya pernah menyetujui pertaruhan yang kalian sebut itu?"
"Yaaa Hottie .... apa salahnya dengan taruhan itu?", Jess tiba-tiba sudah berada di samping Si Won.
"NOONAAAA!!!", teriak Minho. Untuk kesekian kali dia tidak mengerti mengapa Jess yang biasanya berpikiran dewasa, sampai ikut-ikutan bermain dalam taruhan yang sangat kekanak-kanakan ini.
"Saya ingin melihat bagaimana Lee Min Ho mengatasi wanita yang lain dari dunianya ini ..... apakah si hottie akan menang atau justru kewalahan !!!!! ....", lanjut Jess. Senyum lebar tersungging di bibirnya.
Minho memandangi dua orang dihadapannya secara silih berganti. Pikirannya menerawang kembali ke kejadian yang menjengkelkannya tadi subuh. Ibu muda yang aneh. "Bagaimana mungkin dia bersikap seperti benda langka yang tidak pernah terjamah sekali pun?" Mengingat ini Minho mengigit pelan bibir bawahnya.
Si Won dan Jess masih tersenyum simpul melihat kegelisahan Minho. Perlahan Minho mengangkat bahu, kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya yang telah berjalan setengah itu.
**************
SCENE SEVEN
Minho sampai ke rumah pada pukul 07:00 pagi. Hari ini dia agak terlambat dari biasanya karena menemani beberapa pelangan tetap '2X' yang berpesta di bar itu. Minho membuka pintu dengan agak tergesa. Badannya sangat lengket dengan bau alkohol dan asap rokok. Dia ingin segera membersihkan diri dari semua kotoran yang menempel di tubuhnya itu.
Pintu terbuka dan ... isak tanggis yang mendirikan bulu roma langsung tertangkap oleh telinga Minho. Untuk beberapa saat Minho terpaku di tempatnya. Beberapa menit kemudian pandangannya diedarkan ke seluruh ruangan. Dan akhirnya dia mendapatkan asal suara itu.
Ibu muda yang tinggal bersamanya sedang menanggis keras dengan Kang San terpeluk erat dalam dekapannya. Kening Minho berkerut. Dengan langkah lebar dia mendekati Hyesun, dan berusaha mendapatkan jawaban dari penyebab kehisterisan Hyesun.
*************
bersambung ke chapter 3 ~~~~~
Vayza- Posts : 10
Join date : 2013-06-15
Re: *When a Gay met a Young Mom (in love again)* by Lovelyn
yuuuuhuuuuuuuu mamiiiiii gua miss bengkok so much #lebeee ka vya tengkyu uda dipost.. lanjuuuttttt donggggggg
mrs.cho- Posts : 9
Join date : 2013-06-18
Re: *When a Gay met a Young Mom (in love again)* by Lovelyn
du du du duuuu... kakaaaaaa... tulung dong.. yg ini di update lagiiiii... uda nunggu dr kmren nih.. #puppyeyes
mrs.cho- Posts : 9
Join date : 2013-06-18
Similar topics
» What's the Meaning of Love?- by Lovelyn
» Love and Career--by Lovelyn
» The Sarang - by Lovelyn
» Thirty Days Changes--Introduction and Chapter One by Lovelyn
» The Sounds of Death--by Lovelyn
» Love and Career--by Lovelyn
» The Sarang - by Lovelyn
» Thirty Days Changes--Introduction and Chapter One by Lovelyn
» The Sounds of Death--by Lovelyn
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum